Bahasa Kei, Tanimbar dan Buru, Masuk Revitalisasi Program Bahasa Daerah

Menteri pendidikan nadiem makarim

Tual News – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim resmi meluncurkan program revitalisasi bahasa daerah sebagai episode ke-17 dari Program Merdeka Belajar. Program ini menargetkan 38 bahasa daerah sebagai objek revitalisasi.

Empat dari 38 bahasa daerah yang akan direvitalisasi berasal dari Provinsi Maluku Utara dan Tiga dari Provinsi Maluku. Program ini ditujukan untuk melindungi keberagamaan bahasa daerah di Indonesia,  sebab berdasarkan data Kemendikbudristek pada 2019, dari 718 bahasa daerah di Tanah Air, sebanyak 25 bahasa daerah terancam punah, 6 dinyatakan kritis dan 11 telah punah.

“Bahwa kita berorientasi bukan hanya memproteksi bahasa tersebut tapi kita ingin inovasikan, mengembangkan bahasa tersebut,” kata Nadiem saat peluncuran program Revitalisasi Bahasa Daerah secara daring, Selasa (22/2/ 2022).

Menurut Nadiem, program ini akan adaptif atau tidak menerapkan satu aturan maupun kebijakan yang sama,  melainkan disesuaikan dengan daerah dan masyarakat setempat dengan fokus meregenerasikan bahasa daerahnya.

Program ini kata Nadiem, akan menyasar siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).

“ Selain itu, juga melibatkan berbagai pihak, seperti 1.491 komunitas tutur atau pegiat bahasa, 29.370 guru, 17.955 kepala sekolah, 1.175 pengawas, dan 1.563.720 siswa dari 15.236 sekolah, “ ungkapnya.

Dikatakan, komunitas tutur akan dilibatkan secara intensif untuk menyusun model pembelajaran bahasa daerah, pengayaan materi bahasa daerah dalam kurikulum, dan perumusan muatan lokal kebahasaan maupun kesastraan.

“ Mereka akan berperan sebagai mitra penggerak, “ ujarnya

Bagi kalangan tenaga pendidik, program ini akan melatih guru utama serta guru-guru bahasa daerah dengan prinsip fleksibel, inovatif, kreatif dan berpusat pada siswa. Sehingga pengajaran bahasa daerah ini diharapkannya menyenangkan sehingga siswa bangga mengadopsinya.

Sedangkan bagi siswa, menurut Nadiem,  program ini akan melatih mereka sesuai dengan minatnya sendiri dalam menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi serta didorong untuk mempublikasikan kemahirannya dalam berbahasa di media massa maupun media sosial.

“ Terakhir mereka akan dilibatkan dalam Festival Tunas Bahasa Ibu, “ jelasnya.

Diakui, pada 2022 ini, jumlah bahasa daerah yang menjadi objek revitalisasi ada 38 yang tersebar di 12 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara dan Papua.

“ 38 bahasa daerah itu adalah bahasa melayu dialek panai, batak dialek angkola, melayu dialek serkam, bahasa sunda, jawa, bali, sasak, samawa, mbojo, dawan, manggarai, kambera, rote, abui, tobati, sentani, biyekwok, sobey, imbuti, biak, hingga komoro. Kemudian ada bahasa Buru, Kei, Yamdena, Makian dalam, Sanana, Tobelo, Ternate, makassar, bugis, toraja, kenyah, paser, melayu dialek kutai kota bangun, dayak ngaju, melayu dialek kotawaringin, uud danum atau ot danum hingga bahasa maanyan, “ terang Menteri Pendidikan.

Nadiem mengaku, model revitalisasinya ada tiga model, tergantung bahasanya sendiri.

“ Model A itu daya hidup bahasanya masih aman sampai ke Model C di mana bahasa itu mulai terancam, jumlah penuturnya sedikit,” tutup Nadiem.

( TN – 01 )