Radiasi Alami di Kepulauan Kei : Bahaya Tak Kasat Mata yang Perlu Diwaspadai

Img 20250515 wa0058

Radiasi Alami di Kepulauan Kei : Bahaya Tak Kasat Mata yang Perlu Diwaspadai

Penulis: Syarbain, Kusdiana, M. Wiyono, dan D. Iskandar

Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka, BATAN
Pusat Teknologi Keselamatan Radiasi dan Metrologi Nuklir, BATAN
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN

Tualnews.com – Keindahan alam Kepulauan Kei, khususnya di wilayah Kota Tual dan Maluku Tenggara, sudah lama dikenal sebagai destinasi bahari unggulan di Indonesia.

Namun di balik panorama yang memukau, tersimpan ancaman tersembunyi yang jarang dibicarakan.

Radiasi alami dari batuan dan tanah yang mengandung unsur radioaktif seperti uranium, thorium, dan kalium-40.

Radiasi alami ini telah ada sejak bumi terbentuk, namun dalam konsentrasi tertentu dan paparan terus-menerus, dapat membahayakan kesehatan manusia.

Gambar ini menunjukkan foto mikroskopis dari berbagai jenis sampel tanah atau batuan. Tiap panel (a–f) menampilkan komposisi mineral atau tekstur berbeda, yang biasanya digunakan dalam studi geologi atau geo-kimia untuk mengidentifikasi komponen batuan, seperti kuarsa, feldspar, mineral lempung, atau bahkan bahan organik. Jika ini diambil dari penelitian terkait radiasi tanah, kemungkinan gambar ini digunakan untuk menganalisis kandungan mineral-radioaktif seperti uranium, thorium, atau kalium-40 yang berperan sebagai sumber radiasi alami.
Gambar Ini Menunjukkan Foto Mikroskopis Dari Berbagai Jenis Sampel Tanah Atau Batuan. Tiap Panel (A–F) Menampilkan Komposisi Mineral Atau Tekstur Berbeda, Yang Biasanya Digunakan Dalam Studi Geologi Atau Geo-Kimia Untuk Mengidentifikasi Komponen Batuan, Seperti Kuarsa, Feldspar, Mineral Lempung, Atau Bahkan Bahan Organik.
Jika Ini Diambil Dari Penelitian Terkait Radiasi Tanah,  Gambar Ini Digunakan Untuk Menganalisis Kandungan Mineral-Radioaktif Seperti Uranium, Thorium, Atau Kalium-40 Yang Berperan Sebagai Sumber Radiasi Alami.

Dampaknya antara lain penurunan daya tahan tubuh hingga potensi kanker. Yang membuatnya berbahaya adalah sifatnya yang tidak terlihat mata dan efeknya bersifat akumulatif.

Sayangnya, hingga kini belum ada upaya serius dari pemerintah daerah maupun lembaga terkait untuk memetakan tingkat radiasi di wilayah ini.

“Di daerah lain seperti Kalimantan dan Bangka Belitung, sudah dilakukan pemetaan dan ditemukan beberapa titik yang melebihi ambang batas normal. Kenapa di Tual dan Kei belum ?, ” ujar para peneliti BATAN.

Kurangnya sosialisasi dan informasi membuat masyarakat tidak menyadari bahaya ini. Tidak ada papan informasi di lokasi rawan, tidak ada pelatihan atau edukasi bagi warga. Padahal, mereka berhak tahu kondisi lingkungan tempat mereka tinggal.

Para peneliti menyerukan agar akademisi, tokoh adat, pemda, dan aktivis lingkungan di Kei mulai mendorong riset dan kampanye edukasi terkait radiasi alami.

“Kita tidak bisa terus menunda. Jika dibiarkan, dampaknya bisa dirasakan oleh generasi mendatang,” tegas mereka.

Alam Kei adalah warisan yang harus dijaga, bukan hanya dari pencemaran, tetapi juga dari ancaman yang tak terlihat.

Sudah waktunya Kepulauan Kei memperhatikan isu ini secara serius demi masa depan yang lebih sehat. dan aman.