Walikota Bantah Janji Bantu Pengungsi Lupus Tual 15 M

Img 20200123 wa0007

Tual News – Walikota Tual, Adam Rahayaan, S. Ag ketika menghubungi tualnews.com via telpon seluler membantah kalau dirinya menjanjikan bantuan kepada pengungsi Lupus Kota Tual sebesar Rp 15 millyar.

“ 15 M untuk apa, janji dimana ? maksudnya siapa yang janji uang 15 M ?, pengungsi nama siapa, kapan, hari apa, dan jam berapah nilai nominal yang saya sebutkan kapan “ Ujar Walikota Tual ketika membalas pesan singkat tualnews.com via WhatsPP. senin ( 02/3/2020 ).

https://youtu.be/5SoJn7uXei0
Video wawancara tualnews.com bersama pengungsi Lupus Kota Tual, Hi. La Many, sabtu ( 29/2/2020 )

Kata Rahayaan, uang daerah tidak gampang bagi Kepala Daerah untuk menjanjikan kepada masyarakat. “ Uang daerah seng gampang, Kepala Daerah main janji – janji pa “ katanya.

Menurut Walikota Tual, terkait lahan, Pemkot Tual sudah menjajaki, hanya terjadi tarik ulur antara dua tempat yaitu belakang Masjid Al Farisi dan lahan dibelakang perumahan Hi. Chen Alkatiri.

“ Kami sudah usahakan tempat, hanya masih terjadi tarik ulur di dua lokasi itu, mereka semua nelayan sehingga harus dicari tempat yang dekat dengan air laut “ tandasnya.

Sementara itu pengungsi Lupus Kota Tual, Hi. La Many kepada tualnews.com sabtu ( 29/2/2020 ) mengaku mereka bersama warga pengungsi Lupus ketika diundang pertama kali oleh Walikota Tual, Adam Rahayaan, S.Ag di Kantor Walikota Tual diberikan  penjelasan kalau saat ini Pemkot Tual sudah ada dana 15 millyar.

Img 20200301 wa0009
Warga pengungsi Lupus, yang tersebar diberbagai tempat kontrakan atau kamar kost di wilayah Kota Tual, Propinsi Maluku ketika ditemui tualnews.com, sabtu ( 29/2/2020 )

“ Waktu itu Pak Wali panggil kami semua kumpul di kantor Walikota, supaya jelas kita punya uang sudah ada 15 milyar, hanya saja Pemda tarik keluar 3 milyar, sehingga yang ada 12 milyar, namun masih menunggu cari lahan,  baru bisa membangun “ Ungkap Pengungsi Hi. La Many.

Kata dia, sesuai usulan warga pengungsi Lupus Kota Tual, mereka menginginkan lahan yang ada didekat pantai. “ Kami semua mau lahan yang dekat pantai, hanya kita cari lokasi tidak ada, lalu ada dua lokasi yakni lahan tanah dibelakang Masjid Al Farisi dan dibelakang Kantor KPU Kota Tual “ ujarnya.

Menurut pengungsi Hi. La Many, walaupun lokasi tanah di belakang Kantor KPU Kota Tual jau dari pesisir pantai, yang penting mereka bisa memperoleh tempat tinggal, sebab sejak kejadian di kampung Lupus, puluhan Kepala Keluarga ( KK ) itu harus menyewa kamar kost untuk tinggal bersama anak dan cucu di kamar sewa yang sempit.

“ Kami keluarga besar, sewa kamar kost yang kecil,  sehingga saya dan isteri rela  tidur diluar teras “ Sesalnya.

Img 20200301 wa0008
Ini adalah kamar sewa kecil milik pengungsi Lupus Kota Tual, Hi. La Many bersama keluarga , yang dijadikan tempat memasak, makan dan tidur. Biaya kontrak per tahun 3,5 juta

Dikatakan, ketika mereka diundang  Walikota Tual untuk bertemu kedua kalinya, kata pengungsi Hi. La Many, sesuai penjelasan Walikota Tual, sudah ada lokasi jadi menunggu survei dua lokasi itu, kalau lahan yang sesuai  maka tinggal dilaksanakan pembayaran.

“ Sesuai janji kepada pemilik tanah, pada bulan satu tahun 2020 Pemkot sudah membayar lahan itu untuk dilaksanakan pembangunan, namun sampai memasuki bulan pebruari 2020, kami belum dapat jawaban pasti dari Pak Wali “ tuturnya.

Pengungsi Lupus, Hi. La Many mengaku bersama warga pengungsi sudah bertemu Walikota Tual tiga kali.

Img 20200301 wa0007
Pengungsi Lupus Kota Tual, Hi. La Many dan anak – anak tidur, makan dan minum di kamar kontrakan selama mengungsi dua tahun

“ Semua warga Lupus kecewa, karena harus memikirkan beban hidup sehari – hari, yakni bayar kamar kost, dan biaya pendidikan anak sekolah, bukti sudah sekarang dong lihat sendiri katong punya tempat tinggal, bisa foto lalu tunjuhkan katong  makan dan tidur disini, jadi sudah dua tahun lebih, manusia kaya katong sudah tidak punya rumah tangga lagi “ kesalnya.

Dijelaskan, penderitaan dan beban hidup yang diderita selama kurang lebih dua tahun sangat terasa, sebab tidak ada perhatian Pemkot Tual.

“ sejak kejadian sampai saat ini, kami hanya peroleh beras 50 kg satu karung dari Pemkot Tual, dan tidak ada bantuan  yang lain “ Jelas Pengungsi Hi. La Many.

Suami Ibu Siti Renoat itu mengungkapkan kalau 40-an KK, pengungsi Lupus tinggal dan tersebar pada beberapah tempat seperti di pingir Kantor KPU Kota Tual, dan terbanyak di  Ohoi Sathean, Kecamatan Kei Kecil, kabupaten Malra. Sementara warga yang mengungsi ke Ohoi Dian Pulau, Kecamatan Hoat Sorbay sebanyak  2 KK  dan ke Banda 3 KK.

“ Kami sudah rancang untuk kembali datangi Bapak Walikota Tual, tanya soal janji ini, minta kejelasan lokasi benar ada atau tidak ada, harus diberitahu “ ujarnya.

Ketika ditanya lagi soal janji Walikota Tual dihadapan para pengungsi Lupus Kota Tual, Hi. La Many membenarkan hal ini. “ benar Janji ini, bukan saya sendiri, boleh tanya di yang lain,  semua warga pengungsi Lupus mengetahui hal tersebut. Saya kecewa, sudah ketemu tiga kali, karena dari persoalan yang terjadi kami ikuti saja yang penting Pemerintah bisa perhatikan “ terangnya.

Pengungsi Lupus, Hi. La Many, berharap agar janji itu direalisasikan, sebab sebagai manusia berkekurangan, kalau janji tersebut ditepati, maka pasti mereka senang. “ janji ini tinggal janji, jadi kami tinggal begini saja “ urainya.( team tualnews )